Setelah berhasil lolos dari babak penyisihan dan semifinal, akhirnya lima tim yang menjadi finalis Statistics Competition 2010 kembali berkompetisi untuk memperebutkan posisi juara pada Minggu (7/2). Kali ini para finalis tak lagi diminta untuk menjawab soal statistika berbentuk pilihan ganda atau essay. Kepekaan mereka dalam menganalisis data dan menarik kesimpulan diuji di tahap final kompetisi yang dihelat oleh Himasta ITS ini.
Babak final ini dibagi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, para finalis disajikan data-data yang wajib dianalisis. Finalis diberi kebebasan untuk mengeksplor data yang ada, sehingga pada akhirnya data tersebut dapat menjadi sesuatu yang informatif. Sedangkan babak kedua merupakan babak studi kasus, dimana para peserta wajib memecahkan suatu kasus yang diberikan oleh dewan juri dengan metode statistika.
Dihadirkan pula para dewan juri yang memang merupakan seorang profesional di bidang statistika, sebagai perwujudan tema Statistical Thinking For Best Generation yang diusung dalam acara ini. Para dewan juri tesebut antara lain Drs Kresnayana Yahya MSc, Prof Nur Iriawan, dan Edy Sulistyawan SSi MSi.
Nur Iriawan mengungkapkan bahwa melalui kompetisi ini, selain mengasah kemampuan akademik, para siswa SMA juga diajak untuk menganalisis suatu masalah menggunakan metode statistika."Sehingga siswa SMA dapat mulai berpikir tentang bagaimana menganalisis permasalahan negara, sampai akhirnya dapat memperoleh solusi bagi permasalahan tersebut," imbuh dosen sekaligus guru besar jurusan Statistika ITS ini.
Kemampuan para siswa SMA untuk menganalisis data dan mengolahnya hingga mencapai kesimpulan, sangat disoroti oleh Kresnayana Yahya. "Terbukti bahwa materi statistika yang diajarkan pada saat SMA hanya sampai pada tahap menghitung, belum sampai pada reasoning dan uji kelayakan. Terlihat dari kurangnya kepekaan siswa dalam menganalisis permasalahan yang tersirat dalam data," ungkap Kresnayana. Harapan Kresnayana adalah ketika di bangku SMA para siswa sudah diajarkan bagaimana caranya menganalisis, sehingga didalam pengambilan keputusan siswa lebih rasional. "Disitulah peranan ilmu statistika, yang memang bisa diterapkan di semua bidang," tambah dosen jurusan Statistika sekaligus Komisaris PT Petrokimia ini.
Hal senada juga diungkapkan oleh Edy Sulistyawan yang pernah menempuh studi di jurusan Statistika ITS pada tahun 1993 silam. Edy mengatakan bahwa seharusnya sejak SMA sudah dikenalkan tentang metodologi, sehingga dalam menganalisis suatu permasalahan tidak lagi mengalami kesulitan. "Melalui kompetisi ini setidaknya telah mengajak siswa SMA untuk mulai belajar menganalisis dan menyimpulkan suatu masalah," ujar Dikrektur Pro-Media Consulting ini. Ketiga dewan juri sepakat bahwa tahun depan acara ini wajib dilaksanakan kembali, bahkan lingkupnya meluas menjadi tingkat nasional.
Pada akhir acara, kemenangan berhasil dibawa pulang oleh tim yang berasal dari SMAN 3 Semarang. Tim ini berhasil memboyong Piala Rektor dan uang tunai sebesar lima juta rupiah. "Tidak rugi kami naik travel sekitar 10 jam dari Semarang. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada para panitia dan dewan juri," ujar Kevin Mandira Limanta, salah seorang perwakilan tim dari SMAN 3 Semarang.
Sukses pada Gelaran Perdana
Dengan konsep yang berbeda, tahun-tahun sebelumnya acara ini diberi tajuk Olimpiade Statistika (Olstat). Sebelumnya, Olstat merupakan suatu ajang kompetisi karya tulis dengan tema statistika. Kala itu siswa SMA yang tertarik di bidang karya tulis tidak banyak, apalagi yang bertema statistika. "Itu salah satu alasan kami merubah konsep dan nama menjadi Statistics Competitiotn (StaTion)," ungkap Bin Hariyati selaku Ketua Panitia StaTion 2010.
Menurut mahasiswa angkatan 2008 ini, panitia memang memulai semuanya dari nol. "Dari mulai pencarian dana yang sulit, hingga pada akhirnya panitia memutuskan untuk membuka stand pendaftaran langsung di delapan regional. Saat ini kami justru memperoleh profit yang jumlahnya cukup banyak," tuturnya. Seperti harapan para dewan juri, Nana pun berharap bahwa kegiatan ini dapat berlanjut pada tahun-tahun berikutnya dengan lingkup yang lebih luas, yaitu nasional.
Harapan untuk dilajutkan dan dikembangkannya StaTion menjadi tingkat nasional tak hanya diungkapkan para dewan juri dan Nana saja. Aditya Rangga Prakoso selaku Ketua Himpunan Mahasiswa juga mengharapkan hal yang sama. "Semua tergantung kepengurusan tahun depan. Namun saya sangat berharap keberlajutan StaTion di tahun-tahun mendatang. Kalau bisa menjadi tingkat nasional," ungkap Aditya. (sat/bah)