Selamat Datang di Blog HIMASTA ITS

akses informasi yang semakin mudah tidak membuat HIMASTA ITS untuk lengah menghadapinya. blog ini hadir akan "hausnya" informasi mengenai kiprah HIMASTA ITS sekarang dan keinginan tulus kami untuk senantiasa berbagi pada warga dan stakeholders yang turut membangun HIMASTA ITS ini.
semoga ini akan menjadi media komunikasi yang baik dan bermanfaat bagi seluruh warga HIMASTA ITS khususnya dan Bangsa serta Negara Indonesia yang kucintai.

Rabu, 25 November 2009

Siapa itu stakeholders?

Sebenarnya kunci sukses bisnis itu sederhana, yaitu memuaskan semua stakeholders kita. Siapakah mereka ? Mereka adalah semua pihak yang terlibat dalam bisnis, dimana peran mereka sangat besar dalam mensukseskan bisnis kita. Kalau mereka tidak puas, pasti akan berdampak terhadap bisnis kita selanjutnya.

Kalau melihat standard ISO 9001 fokus stakeholder kita adalah pelanggan, bagaimana membuat pelanggan terus menerus puas sehingga order terus menerus bisa didapat. Kalau ISO 14001 stakeholdernya adalah lingkungan sekitar,bisa masyarakat, pemerintah ataupun LSM, karena merekalah yang terkena dampak dari proses yang kita jalankan. Kalau OHSAS 18001 semua orang yang ada di area perusahaan adalah stakeholder kita,terutama karyawan kita, dimana kita harus memastikan bahwa selama berada di perusahaan mereka tidak sampai mengalami kecelakaan.

Kalau kita melihat dari sudut pandang yang lebih luas, yaitu dari aspek bisnis secara keseluruhan maka ISO 9004 bisa dipakai sebagai acuan untuk mengetahui siapa saja sebenarnya stakeholder kita. Hanya kalau di ISO 9004 disebut sebagai interested parties. Istilah stakeholders banyak dipakai pada standar business excellence seperti malcolm baldrige, EFQM, dll. Di ISO 9004 versi 2005 ini hanya disebut pelanggan dan pemasok (supplier).

Mari kita bahas sedikit satu persatu stakeholder kita ini :

1. Pelanggan. Merekalah yang membeli dan memakai produk kita, maka otomatis mereka punya peran besar dalam mensukseskan bisnis kita. Untuk melihat kepuasan pelanggan ini, bisa menggunakan survei ataupun indikasi banyaknya keluhan yang kita terima, bisa juga waktu yang dibutuhkan untuk merespons keluhan pelanggan termasuk biaya yang dikeluarkan gara-gara adanya keluhan ini.

2. Pemasok. Kalau anda pernah diaudit pelanggan anda dari negara maju, area ini termasuk area yang cukup ketat waktu diaudit. Mereka berprinsip kalau masuknya sampah keluarnya sampah, kalau emas ya keluarnya emas. Meskipun banyak praktek yang masuk tetap sampah tapi berusaha dibuat menjadi emas. Jadi jelas, apabila pemasok tidak ikut mendukuing suksesnya bisnis kita, jangan berharap untuk sekses dikemudian hari. Minimal harus punya visi dan tujuan kedepan sama, karena mereka adalah partner bisnis, bukan pesuruh yang gampang ditawar dan minta membuat sesuatu. Semakin mereka puas dengan bisnis kita, maka semakin besar dukungan mereka kepada suksesnya bisnia kita.

Stakholder yang lain ini tidak kalah penting dan banyak disebut di literatur mengenai management system

3. Karyawan. Sumber daya ini yang paling menghabiskan uang perusahaan, karena mau gak mau tiap tahun harus dinaikkan, tidak bisa ditawar. Untuk itu kita juga harus merawat dan menaikkan kompetensinya, ibarat barang semakin mahal maka daya gunanya atau nilai tambahnya harus dinaikkan. Untuk itu perlu diperhatikan masalah pelatihan, leadership skill, media coaching & counseling, media komunikasi formal dan informal manajemen dan karyawan, dll. Karena stakeholder ini sangat menentukan suksesnya bisnis kita, bahkan yang langsung berhubungan dengan kita. Buat mereka termotivasi untuk maju bersama dan sukses bersama. Indikasi keberhasilannya bisa melalui hasil survei keryawan dengan melihat tingkat kepuasan karyawan terhadap perilaku organsasi dan manajemen.

4. Pemegang saham. Ini yang sering disalah artikan sebagai stakeholder. Pemegang saham adalah shareholder, merekalah yang ounya uang untuk memberikan modal apabila perlu, bahkan merekalah yang menentukan perusahaan ini perlu ditambah modal, dipertahankan atau bahkan ditutup. Untuk itu kepuasan mereka bisa diukur melalui keuntungan yang dishare ke mereka, semakin besar otomatis mereka semakin pedulu terhadap kita yang dampaknya bisa menambah investasi perusahaan.

5. Lingkungan. Asepk ini meliputi semua hal yang berada di areas masyarakat luas. Misal, mesyarakat sekitar perusahaan, pemerintah daerah, pemerintah pusat, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, institusi sosial dll. Terutama mereka yang sifar perusahannya berdampak kepada lingungan, misalkan polusi, keselamatan, ketaatan pada peraturan pemerintah, dll. Maka, masyarakat luar sangat menentukan bisnis kita. Dampak negatif dari aspek ini adalah image persahaan. Ukuran kepuasan dari stakholder jenis ini, misalnya kita mempunya sertifikat SMK3, ikut acara-acara sosial dengan masyrakat sekitar, pemenuhyan standar lingkungan, dll.

Untuk memastikan puasnya semua stakeholder di atas, kita harus memastikan :
- saipa saja mereka yang terlibat, sebutkan nama atau institusinya'
- aktiviats apa saja yang melibatkan mereka
- siapa saja di dalam organisasi yang berhubungan dan bertanggung jawab
- apa ukuran (KPI)nya untuk tahu mereka puas
- bagaimana mereview untuk memastikan mereka dalam kondisi selalu dan akan puas terus.

Akan lebih mantap kalau semua hal diatas dimasukkan dan dikomitmenkan di visi & misi perusahan termasuk di sasaran dan target perusahaan dan ditindak lanjuti dengan pembuatan program tahunan.

Kalau anda sudah menerapkan di atas dengan efektif, anda sudah sebagian menerapkan Malcolm baldrigenya USA ataupun EFQMnya eropa.



ditulis oleh
Ir. Djoko Purwono
Alumni Statistika ITS (PT. Philips Indonesia)




Free counters


Selasa, 24 November 2009

Menggugat Peran Matematika dalam Ekonomi

Berbagai teori keuangan yang dibangun beberapa dekade terakhir ternyata telah menggantikan begitu banyak pengalaman, intuisi dan akal sehat yang dimiliki manusia dengan “model-model matematis” yang ternyata memiliki kemampuan yang tidak lebih baik dari astrologi dalam meramalkan kondisi pasar keuangan di masa depan. Model-model itu berdasarkan asumsi bahwa segala sesuatu akan berjalan dalam kerangka normalitas tertentu. Padahal di alam nyata, hal yang normal sering kali tidak terjadi. Semakin rumit dan kompleks model ekonometri yang dibangun, tidak serta-merta akan semakin akurat ramalan ekonomi yang diprediksi. Pasalnya, di masa mendatang akan semakin banyak kejadian langka yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya oleh para pelaku pasar finansial.

Munculnya keraguan akan manfaat matematika dalam ekonomi, salah satunya karena para akademisi di bidang keuangan (yang sering kali juga mendapat Nobel ekonomi) hanya sibuk dengan dalil matematika yang mereka bangun dengan segala turunannya, yang sedikit sekali berinteraksi dengan dinamika kenyataan yang ada di pasar. Teori keuangan seakan-akan dibangun dalam suatu laboratorium matematika, di mana para akademisi keuangan dengan bantuan perangkat komputer yang semakin canggih dapat bebas bermain-main dengan berbagai logika matematika yang kompleks, yang terkadang terlepas dari kondisi pasar keuangan yang ada. Sehingga, yang dihasilkan hanyalah suatu permainan matematika, tanpa mampu menyolusi persoalan riil yang dihadapi dunia keuangan.

Pada akhirnya, karena semuanya itu hanya permainan matematika, suatu teori diterima bukan karena mampu menjelaskan dan meramalkan kondisi empiris yang dihadapi. Melainkan, lebih karena para peneliti dan akademisi keuangan, setelah berdebat di antara mereka, menganggap teori tersebut adalah sesuatu yang benar dan dapat diterima bersama. Sementara di dunia nyata, dalam transaksi yang terjadi di pasar modal, model sering hanya dilihat sebagai mainan eksperimental, bukan doktrin kaku yang tidak bisa diubah. Dengan demikian, ada kesenjangan antara apa yang terjadi dalam perdebatan akademis dengan dinamika pasar yang berlangsung. Oleh karenanya, peran perangkat kuantitatif di bidang keuangan harus mulai dikaji ulang, dipertimbangkan dan dievaluasi lagi.

Buku karya Pablo Triana ini dapat dianggap sebagai kelanjutan buku best seller berjudul The Black Swan karya Nassim Taleb (telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia), yang membantai habis teori derivatif dari Black-Scholes-Merton yang suatu kali pernah dianggap sebagai teori keuangan sangat canggih, sehingga penemunya memperoleh Nobel di bidang ekonomi. Di bagian akhir buku ini juga dibahas tentang kemungkinan menghapus hadiah Nobel di bidang ekonomi, karena dianggap tidak memberi kontribusi nyata bagi kemajuan umat manusia.

Secara umum, buku ini hadir untuk memberi alternatif pendekatan terhadap kemandulan teori keuangan saat ini dalam menjelaskan kondisi krisis keuangan global yang terjadi, karena teori lama ternyata tidak mampu memberi penjelasan memadai atas fenomena yang terjadi. Perdebatan teoretis hanya mampu mengumpulkan berbagai dalil keuangan yang semakin kompleks dan rumit tanpa mampu menyolusi persoalan yang dihadapi.

Buku ini mengajak pembacanya untuk kembali menggunakan berbagai pengalaman, akal sehat dan intuisi yang baik dalam membaca dan menyelesaikan masalah ekonomi keuangan. Tidak sekadar mendasarkan diri pada dalil matematika dengan berbagai asumsi yang acap berbeda dari kondisi riil yang terjadi di lapangan ekonomi keuangan.


Judul Buku : Lecturing Birds on Flying : Can Mathematical theories destroy the financial markets?
Pengarang : Pablo Triana
Penerbit : John Wiley & Sons Inc., Cetakan I, Mei 2009
Jumlah Halaman : xIviii + 350 halaman
penulis resensi :Eko Widodo


swa.co.id