Selamat Datang di Blog HIMASTA ITS

akses informasi yang semakin mudah tidak membuat HIMASTA ITS untuk lengah menghadapinya. blog ini hadir akan "hausnya" informasi mengenai kiprah HIMASTA ITS sekarang dan keinginan tulus kami untuk senantiasa berbagi pada warga dan stakeholders yang turut membangun HIMASTA ITS ini.
semoga ini akan menjadi media komunikasi yang baik dan bermanfaat bagi seluruh warga HIMASTA ITS khususnya dan Bangsa serta Negara Indonesia yang kucintai.

Jumat, 29 Januari 2010

HIMASTA, Makin Dewasa Diultahnya yang ke-25


Usia seperempat abad bukanlah usia yang pendek, apalagi bagi sebuah organisasi kemahasiswaan sekelas himpunan mahasiswa jurusan. Jika diibaratkan seperti usia manusia, usia 25 tahun merupakan usia yang cukup dewasa untuk melakukan perubahan diri. Begitu pula dengan Himpunan Mahasiswa Statistika (HIMASTA) ITS yang siap melakukan perubahan dan inovasi diusianya yang kini telah menginjak 25 tahun.

Jurusan Statistika, ITS Online - Dirayakan secara sederhana di gedung Jurusan Statistika, Kamis (28/1), acara yang bertajuk Celebration of 25th Aniversary HIMASTA ITS and Grand Opening Pekan Raya Statistika (PRS) 2010 ini dihadiri oleh semua elemen HIMASTA ITS termasuk dosen dan warga HIMASTA. Turut hadir pula Dr Sony Sunaryo MSi selaku Ketua Jurusan Statistika, yang ternyata juga merupakan Ketua HIMASTA pertama pada tahun 1985 silam ketika HIMASTA pertama kali berdiri.

“Ketika berdiri 25 tahun lalu seingat saya namanya HIMASTAT, bukan HIMASTA. Entah kenapa beberapa tahun kemudian berubah jadi HIMASTA,” ujar Sony. Ia menambahkan bahwa selama 25 tahun ini, HIMASTA banyak mengalami perubahan dan inovasi. “Kepengurusan tahun ini pun telah membawa perubahan yang baik bagi HIMASTA,” tuturnya.

Salah satu buktinya adalah pagelaran Pekan Raya Statitistika (PRS) 2010 yang konsepnya dibuat lebih meriah dibandingkan dengan PRS 2009 tahun lalu. Rangkaian kegiatan yang termasuk di dalamnya pun lebih beragam, dengan tetap mengusung ilmu statistika sebagai dasar kegiatan tersebut.

PRS tahun ini merangkum enam kegiatan, antara lain Statistics Competition tingkat SMA se-Jawa dan Bali, Lomba Analisis Data lingkup ITS, Kuliah Tamu, Pelatihan Surveyor, Seminar Statistician Power in Financial Markets and Quality Management System, serta Workshop Marketing Research dengan Metode SEM.

Hal senada juga diungkapkan oleh Aditya Rangga Prakoso, Ketua HIMASTA ITS periode sekarang. “Apabila tahun lalu PRS hanya sebatas pengadaan Kuliah Tamu dan Lomba Analisis Data, berhubung tahun ini bertepatan dengan 25 tahun berdirinya HIMASTA, setidaknya PRS 2010 bisa terlihat lebih wah,” ujar mahasiswa angkatan 2007 ini.

Pada ulang tahunnya yang ke-25, HIMASTA mendapat kejutan manis dari Hard Rock FM. “Kami diundang untuk on air di Hard Rock FM untuk diwawancarai seputar 25 tahun berdirinya HIMASTA,” jelas Aditya.

Dia menambahkan, undangan Hard Rock FM ini memang benar-benar tak terduga. “Hanya karena publikasi tentang ulang tahun ke-25 ini lewat Facebook, entah seperti apa ceritanya, pihak Hard Rock FM menghubungi kami,” imbuhnya.

Puncak acara Celebration of 25th Aniversary HIMASTA ITS and Grand Opening Pekan Raya Statistika (PRS) 2010 ini adalah pemotongan tumpeng oleh Ketua Jurusan Statistika sebagai simbol pembukaan PRS 2010.

"Semoga PRS tahun ini dapat berjalan dengan lancar dan dapat membawa nama baik Jurusan Statistika ITS keluar," ujarnya sambil menyerahkan potongan tumpeng kepada Ketua HIMASTA, Aditya. (sat/fay)





Free counters





Rabu, 06 Januari 2010

Tokoh Perubahan Republika 2009

Tokoh Perubahan Republika 2009

Hari ini jam 17:59


Oleh Elba Damhuri, wartawan Republika

Mahatma Gandhi, bapak pendiri India, mengungkapkan, selalu ada orang-orang yang 'gerah' dengan lingkungannya. Di setiap masanya, kata Gandhi, akan selalu muncul sosok-sosok yang tidak bisa berdiam diri melihat hal-hal yang kurang mengenakkan yang terjadi di sekitarnya.

Orang-orang inilah yang kemudian mampu memberikan inspirasi besar kepada masyarakat tentang arti penting kehidupan. Mereka ini, menurut Gandhi, ikut mengangkat harkat dan martabat orang-orang yang selama ini termarjinalkan. Dari tangan mereka, banyak orang yang tadinya tak berdaya kini berubah menjadi kuat dan tangguh.

Oleh Barack Obama, presiden Amerika Serikat (AS), orang-orang seperti ini disebut pencerah dunia, penginspirasi banyak orang, dan pengubah masyarakat. ''Mereka berprinsip bahwa perubahan tidak akan datang jika hanya menunggu sosok 'pahlawan' lain muncul. Bagi mereka, kitalah perubahan yang selama ini dicari-cari meski itu tidak mudah,'' papar Obama dalam beberapa pidato kampanye kepresidenannya pada akhir 2008.

Di Tanah Air, di tengah gejolak sosial dan gonjang-ganjing politik yang berujung perebutan kekuasaan, orang-orang yang masuk kategori ini pun tetap berdedikasi tinggi menjalankan perannya demi kemajuan bangsa. Mereka terus mencerdaskan bangsa, memperbaiki lingkungannya, membawa perubahan, dan memajukan budaya bangsa. Sebagian orang ini kemudian dipotret Republika sebagai tokoh perubahan 2009.

Ada delapan tokoh perubahan yang dipilih Republika. Ada yang bergerak di bidang hukum, aktivitas sosial, kemandirian, kebudayaan, pendidikan, hingga berlatar belakang ekonomi. Mereka adalah Yohanes Suryo, Mahfud MD, Eri Sudewo, Mario Teguh, Tri Mumpuni, Toto Sagito, Arya Kusumadewa, dan I Gede Winasa.

Seperti kata Obama, tidak mudah memang untuk menjadi pengubah, pemberi inspirasi. Dan, bagi tim juri tokoh perubahan 2009, juga tidak mudah memilih orang-orang yang masuk kualifikasi perubahan itu. Tak heran jika perdebatan saat menentukan para tokoh perubahan itu pun berlangsung 'panas' dan ketat.

Para juri yang terdiri atas Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Komaruddin Hidayat; pengamat ekonomi, Aviliani; pegiat budaya, Radhar Panca Dahana; Pemimpin Redaksi Republika, Ikhwanul Kiram Mashuri; Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Nasihin Masha; dan CEO Strategy Consulting, Bambang Sutrisno, masing-masing memberikan dasar dan alasan mengapa si A pantas dipilih dan si B belum layak.

''Saya tidak melihat dia berperan besar dalam mengubah masyarakat, kecuali kontroversinya saja,'' kata Aviliani ketika mengomentari satu sosok calon tokoh perubahan bidang hukum dalam diskusi di Republika, Rabu (29/12).

''Oh, tidak,'' sergah Komaruddin. ''Dengan keberanian dan terobosannya, dia mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat yang selama ini apatis di bidang hukum.''

Begitupun ketika berdebat tentang tokoh budaya yang pantas menyandang gelar perubahan pada 2009. ''Dia memang hebat dan menjadi pelopor di komunitasnya. Tetapi, pada 2009 ini, karya dia tidak menonjol,'' kata satu juri saat menilai satu nomine.

''Ada yang lebih kuat dari dia,'' papar Radhar, menyebut satu tokoh film yang dianggapnya memiliki idealisme.

''Namun, kami belum dengar karya besarnya. Apakah itu memiliki dampak besar bagi masyarakat?'' kata Aviliani. Komaruddin pun ikut mempertanyakan.

Ada juga, untuk satu-dua nama, para panelis tidak perlu berdebat hangat untuk memilihnya. Tokoh ini dianggap berbuat banyak bagi masyarakat dan pantas menerima penghargaan ini. Meski terjadi silang pendapat dalam pemilihan itu, para juri pun berhasil menetapkan kedelapan orang tadi sebagai tokoh perubahan 2009.

Sebelum proses pemilihan digelar, Republika mengundang masyarakat untuk memilih nomine tokoh perubahan 2009. Dari email dan SMS yang masuk ke Republika, tercatat lebih dari 100 tokoh dinominasikan publik. Tidak semua nama yang masuk adalah orang-orang besar dan terkenal. Banyak juga individu-individu yang selama ini tidak dikenal masyarakat banyak, namun mereka memiliki karya hebat dan bermanfaat.

Mengapa mereka?
Soal mengapa terpilih ini memang menjadi bahan perdebatan menarik, baik juri maupun masyarakat sendiri nantinya. Mengenai sosok Yohanes Suryo, dewan juri sepakat bahwa tokoh ini memberikan inspirasi besar bagi 'kegilaan' dan kegemaran orang-orang--mulai dari anak-anak hingga orang tua--atas pelajaran eksak. Demam 'Olimpiade Sains' merambah ke mana-mana. Tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga masuk pedalaman. Istilahnya, olimpiade masuk desa-desa.

Menjadi sangat wajar jika kemudian muncul juara-juara Olimpiade Sains tingkat internasional dari luar Jawa. Indonesia bangga ketika ada putra Papua meraih prestasi tertinggi di Olimpiade Sains. Dan, Yohanes berperan besar di sana.

Tentang Eri Sudewo, para juri menilainya terkait dengan kiprah dan peran Dompet Dhuafa Republika. Lembaga nirlaba ini boleh dikatakan sebagai pionir kegiatan sosial dari pengumpulan dana-dana zakat, infak, dan sedekah di Tanah Air.

Dompet Dhuafa tidak hanya menyantuni fakir miskin di seluruh negeri, tetapi juga mampu memberdayakannya secara ekonomi dan mengangkat martabat mereka ke tingkat yang jauh lebih baik. Eri Sudewo pun menjadi sosok penting di balik sukses Dompet Dhuafa dalam menyebar kebaikan, kedermawanan, dan kreativitas kepada kaum papa yang selama ini tidak tersentuh siapa pun, bahkan ormas-ormas Islam.

Begitupun ketika menyinggung Mahfud MD, ketua Mahkamah Konstitusi (MK), juri sepakat bahwa dia layak mendapat gelar tokoh perubahan 2009. Mahfud dianggap berani melawan arus tradisi ketatanegaraan yang kaku. Dia yang membolehkan pemilih tak terdaftar untuk menggunakan KTP dalam Pemilu 2009 lalu.

Mahfud berperan besar dalam memperdengarkan rekaman percakapan sejumlah pejabat dengan pengusaha yang terlibat kasus korupsi besar, yang sempat menyudutkan KPK.

Sedangkan, Mario Teguh yang identik dengan kata 'super' ini muncul sebagai oase di tengah tandusnya padang pasir. Ia bicara nilai-nilai spiritual dengan cara yang inklusif, dengan bahasa yang mudah, dan bisa diterima semua kalangan. Mario mampu mengangkat kesadaran masyarakat akan potensi dan kemampuan dirinya dalam menghadapi beragam masalah.

Juri juga setuju jika Tri Mumpuni, pekerja ekonomi rakyat kecil dan pedalaman, menjadi tokoh perubahan 2009. Ia benar-benar 'mumpuni' dalam memberdayakan dan 'menerangi' masyarakat pedalaman. Ia sudah keliling ratusan daerah di Tanah Air demi membangun pembangkit mikrohidro yang melibatkan unsur-unsur masyarakat agar mereka juga bisa menikmati terangnya listrik.

Lalu, Toto Sugito. Nama ini identik dengan sepeda. Dia yang memelopori bike to work di Jakarta yang kemudian merambah ke kota-kota besar lain di Indonesia. Gerakan ini yang kemudian memunculkan kebijakan membangun jalan khusus bagi pengendara sepeda dan menyebarluaskan arti penting penghematan energi.

Juri pun memilih I Gede Winasa karena kiprah sang profesor dalam membangun dan membesarkan Jembrana, Bali. Ia yang mematok 50 persen APBD untuk pendidikan, menggratiskan kesehatan, dan mampu menciptakan SDM yang hebat. Ia sangat peduli dengan lingkungan yang menjadikan Jembrana sebagai contoh pembangunan banyak daerah.

Terakhir, jika ada pegiat film yang melawan arus pasar yang komersial, dia adalah Arya Kusumadewa. Idealisme dan nilai-nilai besar yang ingin disampaikan itulah yang menjadi pendorong kuat pria ini membuat film.

Seperti Frank Kafpka, sastrawan ternama Jerman, yang hanya membuat tulisan jika itu mampu mengentakkan pembacanya, Arya pun memegang prinsip yang sama. Ia mau membuat film jika itu mampu mengguncangkan penontonnya, membuat mereka berkontemplasi, dan sedikit berpikir untuk menyelami makna di balik pesan yang dia sampaikan.

Gandhi benar, di setiap tempat--kapan pun dan dalam keadaan bagaimana pun--selalu ada orang-orang yang menginspirasi. Dan, kedelapan tokoh perubahan Republika 2009 ini merupakan bagian dari proses itu.








Jumat, 01 Januari 2010

selamat jalan Gus,,


Ya mungkin untuk beberapa orang menganggap ini terlalu berlebihan? Tapi menurutku adalah suatu hal yang wajar yang harus diberikan kepada seseorang yang memang turut berjasa pada perubahan arah bangsa ini. Sosok yang controversial dengan tindak-tanduknya dan joke-joke segarnya. Sosok yang dihujat akan pemikian visionernya. Sosok yang sempat difitnah dengan isu pembaptisan yang pernah melekat pada dirinya karena prinsip pluralismenya. Sosok yang dipuji karena prinsip keyakinannya dalam setiap keputusan yang diambil. Sosok yang disanjung oleh “umatnya” para kaum cilik dan kaum minoritas yang selama ini terpinggirkan. Sosok yang disegani oleh lawan-lawan politiknya. Sosok yang besar karena mencitrakan lebih sosok muslim yang simpatik dan tak pandang bulu dalam berkawan. Sosok yang tak pingin repot dengan jargon khasnya “gitu aja kok repot”. Dan sosok-sosok lain yang mungkin masih tersembunyi dalam benak pada diri insan negeri ini.

Yaps itulah Gus Dur
Presidennya wong kampong
Manusia setengah dewa bagi kaum tionghoa
“ayatullah demokrasi” bagi system demokrasi Indonesia

Kami yang muda yang harus belajar pada diri anda dan tokoh-tokoh yang lain yang berperan dalam kemajuan bangsa ini dan insya Allah kelak kami pada posisinya , kami akan menjadi tauladan yang baik bagi yang kami pimpin

Salam hormat gus dari kami, sosok yang masih harus belajar untuk menruskan mimpi-mimpi pendiri bangsa ini.


Salam,
ARP