Selamat Datang di Blog HIMASTA ITS

akses informasi yang semakin mudah tidak membuat HIMASTA ITS untuk lengah menghadapinya. blog ini hadir akan "hausnya" informasi mengenai kiprah HIMASTA ITS sekarang dan keinginan tulus kami untuk senantiasa berbagi pada warga dan stakeholders yang turut membangun HIMASTA ITS ini.
semoga ini akan menjadi media komunikasi yang baik dan bermanfaat bagi seluruh warga HIMASTA ITS khususnya dan Bangsa serta Negara Indonesia yang kucintai.

Rabu, 06 Januari 2010

Tokoh Perubahan Republika 2009

Tokoh Perubahan Republika 2009

Hari ini jam 17:59


Oleh Elba Damhuri, wartawan Republika

Mahatma Gandhi, bapak pendiri India, mengungkapkan, selalu ada orang-orang yang 'gerah' dengan lingkungannya. Di setiap masanya, kata Gandhi, akan selalu muncul sosok-sosok yang tidak bisa berdiam diri melihat hal-hal yang kurang mengenakkan yang terjadi di sekitarnya.

Orang-orang inilah yang kemudian mampu memberikan inspirasi besar kepada masyarakat tentang arti penting kehidupan. Mereka ini, menurut Gandhi, ikut mengangkat harkat dan martabat orang-orang yang selama ini termarjinalkan. Dari tangan mereka, banyak orang yang tadinya tak berdaya kini berubah menjadi kuat dan tangguh.

Oleh Barack Obama, presiden Amerika Serikat (AS), orang-orang seperti ini disebut pencerah dunia, penginspirasi banyak orang, dan pengubah masyarakat. ''Mereka berprinsip bahwa perubahan tidak akan datang jika hanya menunggu sosok 'pahlawan' lain muncul. Bagi mereka, kitalah perubahan yang selama ini dicari-cari meski itu tidak mudah,'' papar Obama dalam beberapa pidato kampanye kepresidenannya pada akhir 2008.

Di Tanah Air, di tengah gejolak sosial dan gonjang-ganjing politik yang berujung perebutan kekuasaan, orang-orang yang masuk kategori ini pun tetap berdedikasi tinggi menjalankan perannya demi kemajuan bangsa. Mereka terus mencerdaskan bangsa, memperbaiki lingkungannya, membawa perubahan, dan memajukan budaya bangsa. Sebagian orang ini kemudian dipotret Republika sebagai tokoh perubahan 2009.

Ada delapan tokoh perubahan yang dipilih Republika. Ada yang bergerak di bidang hukum, aktivitas sosial, kemandirian, kebudayaan, pendidikan, hingga berlatar belakang ekonomi. Mereka adalah Yohanes Suryo, Mahfud MD, Eri Sudewo, Mario Teguh, Tri Mumpuni, Toto Sagito, Arya Kusumadewa, dan I Gede Winasa.

Seperti kata Obama, tidak mudah memang untuk menjadi pengubah, pemberi inspirasi. Dan, bagi tim juri tokoh perubahan 2009, juga tidak mudah memilih orang-orang yang masuk kualifikasi perubahan itu. Tak heran jika perdebatan saat menentukan para tokoh perubahan itu pun berlangsung 'panas' dan ketat.

Para juri yang terdiri atas Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Komaruddin Hidayat; pengamat ekonomi, Aviliani; pegiat budaya, Radhar Panca Dahana; Pemimpin Redaksi Republika, Ikhwanul Kiram Mashuri; Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Nasihin Masha; dan CEO Strategy Consulting, Bambang Sutrisno, masing-masing memberikan dasar dan alasan mengapa si A pantas dipilih dan si B belum layak.

''Saya tidak melihat dia berperan besar dalam mengubah masyarakat, kecuali kontroversinya saja,'' kata Aviliani ketika mengomentari satu sosok calon tokoh perubahan bidang hukum dalam diskusi di Republika, Rabu (29/12).

''Oh, tidak,'' sergah Komaruddin. ''Dengan keberanian dan terobosannya, dia mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat yang selama ini apatis di bidang hukum.''

Begitupun ketika berdebat tentang tokoh budaya yang pantas menyandang gelar perubahan pada 2009. ''Dia memang hebat dan menjadi pelopor di komunitasnya. Tetapi, pada 2009 ini, karya dia tidak menonjol,'' kata satu juri saat menilai satu nomine.

''Ada yang lebih kuat dari dia,'' papar Radhar, menyebut satu tokoh film yang dianggapnya memiliki idealisme.

''Namun, kami belum dengar karya besarnya. Apakah itu memiliki dampak besar bagi masyarakat?'' kata Aviliani. Komaruddin pun ikut mempertanyakan.

Ada juga, untuk satu-dua nama, para panelis tidak perlu berdebat hangat untuk memilihnya. Tokoh ini dianggap berbuat banyak bagi masyarakat dan pantas menerima penghargaan ini. Meski terjadi silang pendapat dalam pemilihan itu, para juri pun berhasil menetapkan kedelapan orang tadi sebagai tokoh perubahan 2009.

Sebelum proses pemilihan digelar, Republika mengundang masyarakat untuk memilih nomine tokoh perubahan 2009. Dari email dan SMS yang masuk ke Republika, tercatat lebih dari 100 tokoh dinominasikan publik. Tidak semua nama yang masuk adalah orang-orang besar dan terkenal. Banyak juga individu-individu yang selama ini tidak dikenal masyarakat banyak, namun mereka memiliki karya hebat dan bermanfaat.

Mengapa mereka?
Soal mengapa terpilih ini memang menjadi bahan perdebatan menarik, baik juri maupun masyarakat sendiri nantinya. Mengenai sosok Yohanes Suryo, dewan juri sepakat bahwa tokoh ini memberikan inspirasi besar bagi 'kegilaan' dan kegemaran orang-orang--mulai dari anak-anak hingga orang tua--atas pelajaran eksak. Demam 'Olimpiade Sains' merambah ke mana-mana. Tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga masuk pedalaman. Istilahnya, olimpiade masuk desa-desa.

Menjadi sangat wajar jika kemudian muncul juara-juara Olimpiade Sains tingkat internasional dari luar Jawa. Indonesia bangga ketika ada putra Papua meraih prestasi tertinggi di Olimpiade Sains. Dan, Yohanes berperan besar di sana.

Tentang Eri Sudewo, para juri menilainya terkait dengan kiprah dan peran Dompet Dhuafa Republika. Lembaga nirlaba ini boleh dikatakan sebagai pionir kegiatan sosial dari pengumpulan dana-dana zakat, infak, dan sedekah di Tanah Air.

Dompet Dhuafa tidak hanya menyantuni fakir miskin di seluruh negeri, tetapi juga mampu memberdayakannya secara ekonomi dan mengangkat martabat mereka ke tingkat yang jauh lebih baik. Eri Sudewo pun menjadi sosok penting di balik sukses Dompet Dhuafa dalam menyebar kebaikan, kedermawanan, dan kreativitas kepada kaum papa yang selama ini tidak tersentuh siapa pun, bahkan ormas-ormas Islam.

Begitupun ketika menyinggung Mahfud MD, ketua Mahkamah Konstitusi (MK), juri sepakat bahwa dia layak mendapat gelar tokoh perubahan 2009. Mahfud dianggap berani melawan arus tradisi ketatanegaraan yang kaku. Dia yang membolehkan pemilih tak terdaftar untuk menggunakan KTP dalam Pemilu 2009 lalu.

Mahfud berperan besar dalam memperdengarkan rekaman percakapan sejumlah pejabat dengan pengusaha yang terlibat kasus korupsi besar, yang sempat menyudutkan KPK.

Sedangkan, Mario Teguh yang identik dengan kata 'super' ini muncul sebagai oase di tengah tandusnya padang pasir. Ia bicara nilai-nilai spiritual dengan cara yang inklusif, dengan bahasa yang mudah, dan bisa diterima semua kalangan. Mario mampu mengangkat kesadaran masyarakat akan potensi dan kemampuan dirinya dalam menghadapi beragam masalah.

Juri juga setuju jika Tri Mumpuni, pekerja ekonomi rakyat kecil dan pedalaman, menjadi tokoh perubahan 2009. Ia benar-benar 'mumpuni' dalam memberdayakan dan 'menerangi' masyarakat pedalaman. Ia sudah keliling ratusan daerah di Tanah Air demi membangun pembangkit mikrohidro yang melibatkan unsur-unsur masyarakat agar mereka juga bisa menikmati terangnya listrik.

Lalu, Toto Sugito. Nama ini identik dengan sepeda. Dia yang memelopori bike to work di Jakarta yang kemudian merambah ke kota-kota besar lain di Indonesia. Gerakan ini yang kemudian memunculkan kebijakan membangun jalan khusus bagi pengendara sepeda dan menyebarluaskan arti penting penghematan energi.

Juri pun memilih I Gede Winasa karena kiprah sang profesor dalam membangun dan membesarkan Jembrana, Bali. Ia yang mematok 50 persen APBD untuk pendidikan, menggratiskan kesehatan, dan mampu menciptakan SDM yang hebat. Ia sangat peduli dengan lingkungan yang menjadikan Jembrana sebagai contoh pembangunan banyak daerah.

Terakhir, jika ada pegiat film yang melawan arus pasar yang komersial, dia adalah Arya Kusumadewa. Idealisme dan nilai-nilai besar yang ingin disampaikan itulah yang menjadi pendorong kuat pria ini membuat film.

Seperti Frank Kafpka, sastrawan ternama Jerman, yang hanya membuat tulisan jika itu mampu mengentakkan pembacanya, Arya pun memegang prinsip yang sama. Ia mau membuat film jika itu mampu mengguncangkan penontonnya, membuat mereka berkontemplasi, dan sedikit berpikir untuk menyelami makna di balik pesan yang dia sampaikan.

Gandhi benar, di setiap tempat--kapan pun dan dalam keadaan bagaimana pun--selalu ada orang-orang yang menginspirasi. Dan, kedelapan tokoh perubahan Republika 2009 ini merupakan bagian dari proses itu.








1 komentar:

  1. ada tidak yang bisa memiliki biografi tokoh-tokoh awal statistik terkemuka. kl ada d upload ya !, trims

    BalasHapus